Minggu, 13 Mei 2012

Berusaha Untuk Mengerti , Baru Minta Dimengerti

Kita sering mencatat sebelum membuat diagnosis yang tepat ketika
berkomunikasi. Pertama-tama membutuhkan waktu untuk mengetahui
secara mendalam masalah yang hadir pada kita.
Kunci nyata untuk mempengaruhi adalah sebagai contoh - tingkah lakumu.
Unjuk kerja pribadi harus sebidang dengan penampilan publikmu.
Jika orang tidak percaya kepadamu, dan mereka (tidak) percaya kamu
mengerti mereka, mereka akan begitu marah, defensif, bersalah atau takut
untuk dipengaruhi. Keahlian mendengar dengan empati harus dibangun
pada suatu karakter yang meng-inspirasikan keterbukaan dan kepercayaan
dan catatan bank emosi yang tinggi.
Mendengar dengan Empati
Orang cenderung menyaring informasi yang dia terima melalui paradigmanya
sendiri, membaca otobiografinya kepada kehidupan orang lain,
atau memproyeksikan film pribadinya kepada perilaku orang lain.
Ketika orang lain bicara, kita selalu “mendengar” pada satu dari empat
level: abaikan, pura-pura, mendengar dengan selektif, mendengar dengan
penuh perhatian. Kita harus menggunakan yang kelima, bentuk tertinggi
dari mendengar - mendengar dengan empati.
Mendengar aktif atau reflektif adalah bentuk keahlian dasar dan sering
menghina pembicara.
mengetahui kerangka referensi dan perasaan orang lain. Kamu mesti
mendengar dengan telinga, mata dan hatimu.
Mendengar dengan empati adalah deposito yang sangat bagus untuk
catatan bank emosi. Juga memiliki efek pengobatan dan penyegaran
karena memberikan orang “hawa psikologis”.
Sebelum menjadi daya tahan fisik, manusia sangat membutuhkan daya
tahan psikologis - untuk dimengerti, diteguhkan, disahkan dan dihargai.
Mendengar dengan empati beresiko. Akan mengalihkan perlindungan
diri ke pengalaman mendengar secara mendalam karena kamu membuka
dirimu sendiri untuk dipengaruhi. Kamu menjadi mudah kena serangan.
Alih-alih mempengaruhi, kamu malahan terpengaruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar